Rabu, 27 Oktober 2010

Harapan dalam Abu (Puisiku)

Abu panas bercampur tangis
Masih menghiasi tanah Jogja
Di bawah mega awan yang membakar
Aku masih berharap

Derai tangis dan jeritan
Hampir membuatku hilang arah
Tapi kusadar, ada Tuhan bersamaku

Kabut tebal, hawa panas
hampir-hampir membakar asa ku
Apakah aku masih ada masa depan?
Atau masa depanku hanya hari ini

Tuhan, kusebut nama-Mu ribuan kali
ditemani letusan-letusan Merapi
Entah berapa jauh aku berlari
Hingga aku tak mampu membedakan lagi
Keringatku karena berlari atau karena panasnya udara

Tuhan, aku melihat harapan
Setelah ini,
hijau daun akan lebih hijau
Biru langit akan lebih biru

Tuhan, kupercaya pasti
dalam taqdir-Mu ada Kasih dan sayang-Mu
Beri aku setitik harapan
Meski untuk hidup hari ini saja.

By : Nurul Septiani

Puisi ini saya tujukan untuk orang-orang yang saya cintai, keluarga saya di Jalan Kaliurang, Sleman. Syukur Alhamdulillah mereka selamat. Hanya doa dan batuan kecil yang bisa saya sampaikan, raga saya tak mampu kesana, karena menemani suami bertugas di Jepang. Salam sayang selalu untuk Indonesia tercinta.

3 komentar:

  1. puisinya bagus banget. semoga suasana jogja bisa kembali seperti semula. kampusku dulu di UII km 14,4. katanya juga jd tempat pengungsian penduduk.

    BalasHapus
  2. mbak fitri dan melisha, terima kasih :)

    BalasHapus