Rabu, 17 November 2010

Saya Sedang Serius

Beneran deh, sekali-kali curhat ah masalah pribadi ke blog. Biasanya cerita terus hal ini dan itu, sekarang lagi pingin banget curhat. Iya, nih friends aku lagi serius banget akhir-akhir ini.

Ceritanya, aku mau ujian bahasa Jepang, itupun disuruh suamiku. Aduh, percaya atau ngga aku ngga semangat banget ngejalaninya. Rasanya pasrah banget, kayaknya sulit buat lulus N4 (Paling tinggi N1 = kayak orang Jepang, susah gileeee, Paling rendah N5). Sebetulnya, aku pingin ambil N5 aja, biar gampang pasti lulus, ternyata suamiku mendaftarkan aku ke N4. Stress saya, huhuhu...


Selain itu, saya punya banyak targetan yang tidak tercapai, padahal sebentar lagi akhir tahun. Hehehe, jujur ya, cita-cita terdalam saya ingin menjadi fashion designer. Di Jepang sudah ambil kursus merajut dan menyulam. Tinggal kursus fashion, tapi kayaknya yang ini mahal banget. Sebetulnya, sih sudah bisa menjahit baju, rok, baju bayi, dan tas. Tapi saya ingin meningkatkan kemampuan saya supaya jauh lebih bagus dan lebih rapih saat menjahit. Kadang suka ditegur sama suami, "bagian ininya nih kurang rapih, sayang" terus ulang lagi ngerapihin lagi. Memang sih repot, tapi saya serius mau menjalani profesi ini.

Saat ini saya serius, saya benar-benar serius untuk menjalani profesi ini meskipun dari nol dan harus banyak belajar lagi. Ditambah dengan kondisi di Jepang yang belum ada taylor khusus muslimah. Bahkan, saya yang masih belajar ini dan belum siap menerima pesananan sudah diminta membuatkan ini dan itu, saking kebutuhan mereka terhadap baju muslim sangat tinggi. Mungkin butuh waktu untuk belajar lebih baik, lebih rapih, lebih teliti ukurannya, dan lebih bisa menciptakan style baru. Masalah kerapihan ini penting banget, walaupun barang itu nantinya buat saya sendiri, tapi serius kalau ngga rapih, malu gitu pas dilihat teman. Pernah dulu bikin tas, dalamnya ngga dikasih puring, dibilang "aduh sayang banget kalau dikasih daleman kan bisa bagus jadinya". Kritik ini membuat saya menjadi terpacu, walaupun repot saat menjahit dengan puring, tapi hasilnya betul-betul memuaskan.

Saat ini saya benar-benar kesulitan untuk menciptakan fashion muslimah yang wearable. Membaca latar belakang fashion designer Muslimah Inggris seperti Jana Kobassat dan Hana Tajima membuat saya paham, bahwa ada sesuatu hal yang harus berubah, yaitu menciptakan fashion muslimah yang bisa dipakai kemana saja, bukan hanya ke pesta. Mereka kadang mengkritik fashion "Indonesia" yang terlalu etnik, dan tidak wearable untuk dipakai kemana-mana. Ada betulnya juga, sih. Kalau melihat fashion show  para fashion designer, ada beberapa yang menciptakan busana yang "berat".

Yang saya kagumi adalah, mereka berdua mulai dari fashion blog, lalu menciptakan gaya mereka sendiri. Lalu mereka membangun bisnis mereka dalam dunia fashion muslimah. Hana Tajima dengan label Maysaa dan Jana dengan label HijabVogue. Stylish banget gayanya dan memang beda tapi wearable dipakai kemana saja. Bahkan pembelinya pun banyak dari kalangan non muslim juga.

Ya, memang butuh waktu yang lama dan latihan yang banyak untuk mencipatkan hal-hal hebat seperti itu. Jadi, setelah ujian selesai, mari kita mulai lebih baik. Mulai mau jahit-jahit yang agak heboh, biar makin meningkat kemampuannya. Amiin

12 komentar:

  1. mimpinya kereeen
    aku jadi terinspirassiii

    BalasHapus
  2. semoga cita-citanya tercapai ya....

    BalasHapus
  3. semangat ya...semoga berhasil :D

    BalasHapus
  4. makasih riesta dan mbak dini...... amiin

    BalasHapus
  5. "Mereka kadang mengkritik fashion "Indonesia" yang terlalu etnik, dan tidak wearable untuk dipakai kemana-mana."

    Oya, Nurul? Aku belum pernah baca tuh, padahal mengikuti blog Jana dan Hana sejak dulu. Boleh diperjelas lagi? Apakah subjeknya tetap Jana dan Hana?

    --Dina

    BalasHapus
  6. iya sumbernya dari sini
    http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/10/05/15/115717-revolusi-hijab-setelah-peristiwa-911

    secara ngga langsung sih mengkritik kita, mungkin lebih tepatnya general :)

    BalasHapus
  7. Makasih tuatannya, Nurul.

    Setelah membaca beritanya langsung aku menarik kesimpulan: jelas bukan mereka berdua. :) Maaf ya, Nurul, aku kaget membaca tulisan Nurul. Setahuku Jana dan Hana tidak pernah berkomentar seperti itu.

    Ini kutipannya:
    "Banyak komentar di dalam blog saya yang mengatakan, jilbab yang selama ini ada terlalu etnik dan sangat asing," ungkapnya seperti dikutip BBC, Jumat (14/5).

    Maksudnya inikah?
    Kalau gitu maaf ya, menurutku mereka sama sekali tidak mengkritik fashion Indonesia.
    Yang dimaksud dengan "mereka" di sini adalah komentar para pembaca, bukan Jana (apalagi Hana). Hehehe...

    Dan yang dimaksud dengan etnik adalah seperti Arab: gamis, abaya, dll. Bukan pakaian Indonesia. Indonesia sama sekali tidak disebut2 :D

    Karena sebagian pembaca menganggap jilbab itu terlalu etnik (=mengesankan Arab) itulah, ada yang merasa kalau jilbab itu asing. Tapi dengan munculnya banyak blogger fashion muslimah, kesan itu perlahan2 terkikis.

    Tapi ini interpretasiku atas berita itu, kita boleh berbeda, kok :D

    Semoga cita2 Nurul tercapai yah! Suit suiiiiit!

    --Dina

    BalasHapus
  8. hehehe, ngga papa kok mbak dina....mungkin interpretasi kita beda.....tapi setahuku sih gaya hijab mereka lebih ke arab style, so far makasih ya doanya Amiin :)

    BalasHapus
  9. late nite visit :)
    enjoy your day ^^

    BalasHapus
  10. semangat mbak.. semoga cepat terwujud cita-citanya.. :D

    BalasHapus
  11. makasih ra koen and amelia ^^

    BalasHapus