Jumat, 06 Agustus 2010

Mentari Keimanan

Alhamdulillah, ternyata Allah sayang sekali sama saya. Hidup di negara tanpa agama, buat seorang muslimah dengan jilbab yang sempurna (menutup seluruh tubuh termasuk leher kecuali telapak tangan dan wajah) susah-susah gampang. Tidak semua orang jepang menyenangi penampilan kami para muslimah, sebagian mereka yang baik dan masih menghormati, sebagian yang tidak suka terkadang suka memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berlebihan. Tapi, hal itu saya anggap saja sebagai lahan untuk menyebarkan islam dan hijab disini.

Hal yang paling saya syukuri disini adalah, bukan menikmati teknologi mereka yang canggih, bukan pula menikmati suasana yang nyaman, bukan pula menikmati festival-festival budaya mereka. Tetapi adalah, menikmati keimanan yang masih eksis dalam diri saya.

Saya harus bersyukur kepada Allah atas keimanan yang Allah berikan untuk keluarga saya saat ini. Kami masih dalam muslim lahir dan batin. Hidup di negara yang sarat dengan fenomenal syirik tidaklah mudah. Karena hampir keseluruhan semua matsuri (festival) di negara ini, pasti dikait-kaitkan dengan ajaran shinto, dewa dan dewi, dengan beraneka ragam tuhan mulai dari tuhan matahari, kucing, dan lain sebagainya. Terkadang ada beberapa undangan dari teman, guru atau kerabat untuk menghadiri acara tersebut. Demi kemaslahatan islam di jiwa kami, harus kami tolak. Karena hukum syirik adalah dosa besar, doa yang kami panjatkan kepada Allah akan sia-sia, bahkan tidak di terima selama 40 hari untuk syirik kecil, apalagi syirik besar seperti hal-hal tadi.

Saya bersyukur sekali kepada Allah, penampilan saya masih sama dengan penampilan saya di Indonesia. Jilbab lengkap, tidak ketat dan tidak membentuk lekuk tubuh saya, kaki, paha, pinggang, dan lain sebagainya. Shalat lima waktu masih kami kerjakan, meskipun kami harus shalat di tempat parkir mobil, samping tempat sampah, kalau masih dapat tempat bagus yang tertutup alhamdulillah. Alhamdulillah pula, masih bisa menikmati makanan halal. Walaupun pada awalnya karena kebodohan saya yang tidak bisa membaca tulisan kanji, terbeli juga barang-barang haram. Namun dalam waktu tiga hari saya sudah bisa menghafal semua kanji-kanji barang-barang haram tersebut, agar makanan yang kami makan menjadi sumber penguat keimanan kami juga.

Ada diantara mereka, yang khilaf atas penjagaan keimanan tersebut. Entah karena terpana dengan dunia yang begitu indah dan gemerlap disini. Meninggalkan shalat karena malu shalat di depan umum, memakai hijab dengan leher terbuka, mengikuti matsuri-matsuri yang berhubungan dengan syirik, dan yang lebih parahnya lagi adalah, mengerti tulisan kanji makanan haram tapi masih membeli makanan haram, hanya karena malas memeriksa ingredients dan malu berdiri lama untuk memeriksa satu persatu komposisi bahan makanan tersebut. Naudzubillahi min dzaliik.

Dan yang harus lebih saya syukuri lagi saat ini adalah, saya bisa memiliki banyak saudara seiman, baik dari Indonesia ataupun dari berbagai negara. Disini kami saling mengingatkan, saling membantu satu sama lain, seolah-olah saudara kandung. Dan saya bersyukur sekali, di Ramadhan yang akan datang ini pula, saya diberi kesempatan oleh Allah untuk mengajar Quran kepada para muallaf-muallaf muslimah di kota saya bersama teman-teman dari Indonesia, Pakistan, dan Malaysia.

Dan saya sangat bersyukur pula, kami kedatangan tamu dari Kuwait, seorang ustadzah penghafal Quran yang akan tinggal menetap disini dan bersedia membantu kami menghafal Quran.

Saya masih sangat bersyukur, di negeri yang tanpa agama dan penuh dengan nuansa syirik, kami masih bisa mempertahankan keimanan kami dan juga masih diberi kekuatan untuk menyebarkan Islam di negeri matahari terbit ini.

Buat saya tidaklah penting apapun pandangan orang tentang penampilan saya, tidaklah penting gemerlap dan indahnya matsuri, tidaklah penting secanggih apapun teknologi disini, jika yang tersisa hanyalah biji-biji kopong keimanan. Apa yang harus dibawa kepada Allah nantinya? Toh, dunia ini hanya persinggahan sementara, karena kehidupan di akhirat adalah kehidupan kekal, dimana akan jauh lebih indah daripada dunia ini.

Semoga mentari keimanan ini masih dapat selalu dijaga dengan sempurna, agar kami dapat memberi cahaya di atas negeri matahari terbit ini. Amiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar